Sahabat mungkin sudah sering mendengar kata flexing? Atau kita juga sering ekspos amal ibadah di media sosial. Memang kita tidak dilarang untuk memberitahu kebaikan kita kepada orang lain dengan niat untuk menjadi motivasi orang lain berbuat baik. Akan tetapi jangan sampai kita terjebak untuk mendapatkan popularitas publik, agar dipuji dan dinilai baik bukan semata untuk mendapat ridho Allah swt
Hati-hati sahabat, itu sudah termasuk kedalam perbuatan riya. Riya adalah mengamalkan ibadah bukan karena untuk mendapatkan pahala oleh Allah tapi karena ingin dipuji makhluk lain. Riya ini dimasukan kedalam syirik kecil atau syirik ringan yang tidak mengeluarkan sesorang dari islam tapi membuat amal tidak diterima.
Kita sering menyepelekan hal-hal yang terlihat remeh akan tetapi itu bisa menimbulkan syirik kecil yang dilakukan oleh diri kita. Perbuatan riya berbahaya karena merupakan salah satu daripada penyakit hati yang menjadikan seseorang masuk dalam golongan orang munafik.
Hati yang semua bersih ketika kita melakukan dosa-dosa kecil akan menutupi hati yang semula terang dengan dosa tersebut. Oleh kerena itu, riya perlu diwaspadai karena bisa menimbulkan murkanya Allah.
Imam Ali bin Abi Thalib RA berkat dalam kitab Tanbihul Ghafilin yang dikarang oleh Abu Laits As Samarqandi, Bahwa ada empat tanda orang melakukan perbuatan riya
1. Malas kalau sendirian, karna perbuatannya tidak dilihat oleh orang
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (Dalam konteks ini orang riya seperti orang munafik.) (Q.S An-Nisa : 142)
2. Rajin/semangat melakukan hal-hal yang dianggap baik ditengah banyak orang untuk mendapatkan popolaritas dari manusia. Bukan hanya itu, orang semacam ini sering membawa kamera untuk mengekspos dengan niat mendapatkan popularitas manusia bukan mengharap ridha Allah.
Padahal perbuatan seperti inilah yang Rasul sebut paling mengkhawatirkan beliau. “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik ashgar”. Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik ashgar, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “(Syirik ashgar adalah) riya. Allah berkata pada mereka yang berbuat riya pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka, “Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?” (HR. Ahmad).
3. Ketika dilontarkan pujian kepada dia, dia akan bertambah rajin untuk bisa menunjukan kualitasnya kepada orang lain. Untuk itu Allah berfirman dalam QS. Hud ayat 15-16 “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”
4. Berkurang gairah/semangat kerjanya ketika karyanya dihina. Semangatnya kendor. Baginya pujian adalah energi melakukan kegiatan yang sedang dilakukan. Sedangkan Celaan orang merusak konsentrasinya dan membuat moodnya turun dan malas melakukan kegiatannya. Padahal Nabi berpesan, “Sesungguhnya Allâh tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali yang murni untuk-Nya dan untuk mencari ridha-Nya” (HR. Nasa’i)
Sahabat, sungguh sangat disayangkan apabila amal ibadah kita dihiasi oleh perbuatan riya, mengajarkan Al-Quran agar dianggap sholeh, bersedekah agar dianggap dermawan begitu peduli akan penilaian orang lain hingga mendatangkan murka Allah. Semoga kita senantiasa Allah mudahkan untuk ikhlas dalam beramal.